Rabu, 12 Januari 2011

Budaya Facebook di Kalangan Mahasiswa

Di jaman sekarang ini, Facebook mungkin bukan hal yang asing lagi. Ya kali ini saya akan sedikit membahas masalah budaya situs jejaring sosial yang satu ini dikalangan mahasiswa, lagi – lagi sebagai tugas softskill kampus
Logika sederhananya begini: jika tulisan si A dimuat, minimal A akan membeli koran yang memuat tulisannya, entah untuk alasan prestise atau kebutuhan database. Wilayah sosial si A pun biasanya juga akan membeli, minimal membaca. Bisa karena masih ada kaitan hubungan kekerabatan, teman kerja, relasi organisasi, pengagum, mahasiswanya—kalau ia dosen, dan seterusnya.

Kenyataan ini membawa tiga tafsir: Pertama, media hari ini lebih memberikan ruang bagi mahasiswa untuk menegaskan keberadaannya lewat tulisan. Menyediakan tandon atau penampung bagi kegundahan dan keresahan yang tengah dialami. Suara, ide-ide, cinta cita generasi muda didengar. Tentu saja ini sangat positif, lebih-lebih terjadi pada saat mahasiswa mengalami ancaman lost generation, dan kesepian.

Tafsir kedua, aktivitas keberaksaraan mahasiswa yang kian meningkat. Berupa kesadaran pentingnya membaca (buku). Mengapa? Karena sebelum sampai pada aktivitas menulis, terlebih dahulu harus membaca. Kalau tidak membaca, lalu apa yang akan ditulis? Dan membaca yang efektif adalah membaca yang disertai pula dengan keinginan untuk menceritakan kembali, baik dengan lisan maupun tulisan.

Tafsir ketiga, sebenarnya ini bagian dari strategi dagang juga. Bagian dari upaya mengikat konsumen yang sudah mapan sekaligus ekspansi atau perluasan pasar. Tidak ada yang salah dengan logika demikian. Hanya saja, teramat sayang jika banyak mahasiswa lebih memilih menjadi penonton atau konsumen akhir yang ndlohom, diam, anteng, tidak berdaya. Menuruti kehendak produsen tanpa ada upaya untuk ambil bagian dalam bisnis content, yaitu ikut mengisi koran dengan menulis artikel.

Saya kok yakin sekali bahwa rubrik opini (tulisan artikel) tidak akan hilang selama media tersebut terus terbit. Bahkan kecenderungan pemberian fasilitasi kepada penulis pemula (mahasiswa) untuk mempublikasikan tulisannya akan diikuti oleh koran-koran lainnya. Jadi, tidak salah kalau dikatakan artikel adalah solusi cerdas memertemukan dua kepentingan, yaitu kepentingan bisnis dan sosial.
Tak hanya komputer, di era kemenangan teknologi informasi sekarang ini, telah tersedia pula fasilitas bernama internet. Dalam hitungan detik, kita sudah bisa mendapatkan berbagai informasi penting yang dibutuhkan.

0 komentar:

Posting Komentar